Thursday, December 01, 2005

Intuisi

Kosongkan pikiran
Tajamkan semua indra
tenangkan jiwa dan ragamu
Dengarlah dinding dan lantai mulai berbicara
dengarlah suara angin, rumput dan debu yang ingin menyampaikan pesan padamu

Berbulan lalu. Suatu malam sesudah sebuah pertunjukan seorang teman menghampiri.
"Apa kabar pals?"
Baik
"Sendirian?"
Yups
"Eh, kataya kamu lagi deket sama nona **** ?"
iya kenapa emangnya?
"bukannya dia sedang dekat sama seseorang yang lain?"
Oh ya (padahal gue udah tau dan ga mau tau)
" iya dia lagi deket sama *****"
Hmm kayaknya sekarang udah engga (padahal gue tau secara diam-diam bahwa mereka masih sering email-emailan, smsan dan berkirim puisi. Ah itukan urusan dia)
" iya tuh bla bla bla bla"
"bla bla bla"
Gue mendengarkan terus
Oh gitu ya. Mau balik? bareng aja yuk. Gw bawa motor, lumayan dari pada ngangkot.

Ternyata kecemasan gue beberapa waktu sebelumnya jadi kenyataan. Insting gue sebenarnya sudah menuju kesana. Sudah banyak bisikan oleh angin dan debu yang sampai ke telinga. Ah kenapa dibiarkan aja insting itu. Jadi inget pepatah prancis L'history Le repete, sejarah berulang. Kalo kata Tolkien pengarang inggris itu "sesuatu yang terjadi dua kali pasti akan terjadi yang ketiga kali". Ah biarlah, hidup toh bukan hanya disini. Gue cuma segelas kopi yang dihirup sebentar lalu dilupakan, biarlah kopi ini yang membuat mata tetap terjaga. Gue cuma kopi terpahit dalam hidupnya. Gue ga mau marah besar lagi, sudah cukuplah dulu. Memang gue mengandung api yang suka membakar-bakar. Yah apa boleh buat sudah jadi api ga bisa diubah tetapi api ini harus disalurkan menjadi hal yang berguna.

Pada satu kesempatan saya kembali kebalik panggung. Kembali kesudut yang tersembunyi. hanya memandang panggung dari kejauhan. Tidak ingin memperlihatkan raga saya. Toh mereka tidak memperhatikan ke sudut ini.

(sebenarnya belum selesai tapi nanti diterusin lagi)
SOP tampaknya tetap harus dipakai
fade out

di muntahkan oleh sawung@psik-itb.org

No comments: