Sunday, October 15, 2017

stay civvy

“To confine soldiers to purely military functions while urgent and vital tasks have to be done, and nobody else is available to undertake them, would be senseless. The soldier must then be prepared to become a propagandist, a social worker, a civil engineer, a schoolteacher, a nurse, a boy scout. But only for as long as he cannot be replaced, for it is better to entrust civilian tasks to civilians.”
-- David Galula



di muntahkan oleh sawung@psik-itb.org

Sunday, February 05, 2017

Biaya Tinggi

Upaya untuk mempertahankan pertahana disalah satu pilkadal serentak tahun ini akan memakan biaya yang sangat tinggi. Biaya itu tidak hanya ditanggung saat ini tapi nanti jikalau ybs terpilih kembali biaya tersebut akan lebih tinggi lagi. Sejak lebih dari setahun lalu yang dilakukan adalah upaya terus mempertahankan jabatan dengan cara menyerang semua orang yang mau maju menantang kandidat ybs. Bahkan sekedar terdengar isu untuk majupun sudah mengalami serangan dari para pendukunganya via buzzer, ini membuat ketidaksukaan semakin keras. Menyerang siapapun yang tidak dipihaknya walaupun orang tersebut tidak bersebrangan.
Upaya pengerahan alat-alat kekuasaan terlihat sangat jelas sekali, ini akan merugikan sekali dimasa depan karena akan ditiru.


di muntahkan oleh sawung@psik-itb.org

Thursday, October 06, 2016

Kebanyakan perwira

Fonomena mundurnya mayor agus h yudhoyono sangat baik untuk organisasi tni. Piramida saat ini terlalu banyak pamen dilavel pamen dan kelebihan juga jumlah pati. Akibatnya banyak perwira nganggur yang perlu posisi, diciptakanlah posisi aneh-aneh atau dikaryakan ke organisasi/kementrian/lembaga yang menampung perwira yang tidak tertampung dalam piramida normal militer. Dunia militer indonesia belum terbiasa melihat perwira berpindah ke dunia sipil dalam usia muda selepas minimum waktu berdinas berakhir. Di beberapa negara lazim melihat ex-perwira militer diusia muda sudah pindah ke dunia sipil, beberapa kolega dulunya perwira mil dinegaranya setelah selesai dinas mereka kembali ke dunia sipil. Keluhan bahwa lembaga/kementrian/organisasi yang jadi tempat penampungan perwira sudah pernah muncul, salah satunya dari ahp yg sempat menulis di jakarta post koran berbahasa inggis. 
Semakin muda usia kembali ke kehidupan sipil semakin mudah transisi ke kehidupan sipil.

Tuesday, April 12, 2016

Rumah rumah yang terlindas

Orang-orang miskin di jalan, yang tinggal di dalam selokan, yang kalah di dalam pergulatan, yang diledek oleh impian, janganlah mereka ditinggalkan....

-WS Rendra

Paling tidak dia tinggal 56 tahun disana

http://megapolitan.kompas.com/read/xml/2016/04/12/15000021/Rumah-rumah.yang.Terlindas.Zaman.di.Pasar.Ikan

Sena Surya Delima (12) memeluk adiknya erat. Di dekatnya terdapat barang-barang terbungkus kardus atau kain yang diikat seadanya. Suara alat berat yang membongkar bangunan makin dekat. Kecemasan sedari pagi, bahkan sejak berhari-hari sebelumnya, begitu mencekam kawasan Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara, Senin (11/4/2016).

Wajar saja mereka cemas. Rumah tempat mereka berteduh selama ini sebentar lagi rata terlindas zaman.

Orang-orang berlarian. Beberapa di antaranya berteriak menyuruh aparat berseragam dan bersenjata pentungan mundur. Hari beranjak siang, bertambah terik saat suasana makin panas.

Namun, tak lama kemudian, para pihak yang berhadapan sepakat untuk tidak memperparah situasi. Kondisi pun berangsur-angsur tenang.

Tak jauh dari titik ketegangan itu, sebuah bangunan berukuran 15 meter x 12 meter berdiri. Lantai rumah itu dari papan, begitu pula dindingnya.

Sebagian besar barang di rumah tersebut telah dipindahkan ke kapal yang ditambatkan di depannya.

Rumah berlantai dua itu memang tepat berada di pinggir tanggul pelabuhan. Kapal-kapal berukuran 5 gros ton bersandar rapi di sana.

"Sedih aja harus ninggalin ini rumah. Dari kecil sudah di sini," ucap Sena mengelap matanya yang merah sambil tetap memeluk adiknya, Muhammad Dafa Satria (10). Sena dan sedikitnya delapan anggota keluarganya adalah penghuni rumah papan itu.

"Kalau belajar, di ruang tengah situ," katanya menunjuk ruang tengah sekaligus ruang tamu rumah itu.

Siswa kelas IV SD Negeri Penjaringan 01 Pagi itu mengaku paling suka mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Namun, kemarin, bocah yang selalu masuk lima besar di sekolahnya itu tak bisa mengikuti pelajaran favoritnya. Pembongkaran bangunan di Pasar Ikan, termasuk rumahnya, membuat dia tak masuk sekolah hari itu.

Dari sisi selatan rumah Sena terdengar suara bangunan yang roboh "digaruk" alat berat. Pembongkaran telah dimulai sejak pukul 06.30. Ratusan bangunan rata dengan tanah dalam sekejap.

Di jembatan merah, yang menghubungkan kawasan Pasar Ikan dan Luar Batang, orang- orang hilir mudik mengangkut sejumlah barang. Baskom, bak air, rak piring, pintu kamar, hingga kasur, mereka angkut.

"Jangankan sekolah, mikir tempat tinggal yang baru saja kami masih bingung," ucap Dedi Ireng (56), ayah Sena, yang mengaku sejak lahir tinggal di kawasan tepi laut tersebut.

Yang membuat Dedi sangat sedih, rumah itu ia bangun dengan tangan sendiri, tanpa bantuan pihak lain. Dia memotong bambu, mengangkut papan, dan memasang seng sendirian.

 Bukan miliknya

Walaupun demikian, dia sadar sepenuhnya dirinya tinggal di lahan yang bukan miliknya. Dia hanya berharap pemerintah memberi dia dan para tetangganya yang senasib solusi yang lebih baik.

Keluarga Dedi memang tak sendirian. Ratusan keluarga lain di empat rukun tetangga di RW 04 Kelurahan Penjaringan ini harus segera pindah. Mereka terkena penertiban yang merupakan bagian dari program revitalisasi kawasan bahari. Rencana ini baru disosialisasikan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Maret lalu.

Sejak sepuluh hari lalu, atau semenjak Surat Peringatan I disebarkan kepada warga, kawasan ini terus bergejolak. Warga tidak terima dengan keputusan pemerintah yang tiba-tiba menyuruh warga pindah.

Apalagi, kata Upi Yunita (37), salah satu wakil warga, pemerintah belum mempunyai konsep penataan yang jelas terkait kawasan itu.

"Kami sadar tinggal di tempat yang bukan hak kami, tetapi tidak begini caranya. Kami ingin kompensasi yang layak," kata Upi. Kompensasi yang ia maksud adalah tersedianya rumah susun yang layak sebagai tempat tinggal baru mereka.

Selain itu, Upi juga berharap pemerintah mau memberikan uang pengganti kepada warga.

Wisata dan tanggul

Camat Penjaringan Abdul Khalit menyampaikan, lahan yang ditempati warga itu adalah lahan milik PD Pasar Jaya. Lahan seluas lebih dari 3 hektar itu ditempati sedikitnya 680 warga. Ratusan orang lainnya adalah pengontrak yang bekerja di wilayah itu.

"Kami harus melaksanakan penertiban untuk merevitalisasi kawasan wisata bahari, sekaligus membuat tanggul penahan rob," kata Khalit.

Sore hari di kawasan Akuarium, Pasar Ikan, sekelompok warga masih berdiskusi tentang rencana bertahan dari penggusuran. Mereka duduk di selasar rumah yang belum dibongkar, sambil saling melempar canda bahwa tempat tinggalnya akan dihargai miliaran rupiah oleh pemerintah.

Di tengah canda itu, Lasmi Widianti (16), warga RT 012, pusing memikirkan masa depannya. Siswi Jurusan Otomotif SMK 56 Pluit ini baru saja mengikuti ujian nasional beberapa hari lalu. Kini, alih-alih mempersiapkan kuliah, ia harus mengikuti prioritas kedua orangtuanya untuk mencari hunian baru karena keluarganya tak mendapat jatah rusunawa.

Rumahnya sendiri telah rata dengan tanah, Senin sore. Dia bersama adik dan orangtuanya belum tahu harus tidur di mana malam itu. Sejumlah warga berencana membuat tenda di bekas rumah masing-masing sebagai bentuk protes.

Matahari beranjak tenggelam, saat sepenggal puisi WS Rendra terngiang di kepala. Orang-orang miskin di jalan, yang tinggal di dalam selokan, yang kalah di dalam pergulatan, yang diledek oleh impian, janganlah mereka ditinggalkan.... (C06)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 April 2016, di halaman 1 dengan judul "Rumah-rumah yang Terlindas Zaman".

Wednesday, March 23, 2016

Sajak Sebatang Lisong v.2.0


Dan di langit;
paul graham dan para tekhnokrat di silicon valley & ycombinator berkata :

bahwa bangsa kita adalah malas,
bahwa bangsa mesti dibangun;
mesti di-up-grade
disesuaikan dengan teknologi mobile apps dan cloud computing, yang diimpor!


Aku bertanya,

tetapi pertanyaanku
membentur jidat para buzzer dan selebtwitter,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya
dan delapan juta supir ojek dan supir taksi tanpa pendidikan
termangu-mangu di kaki dewi kesenian



di muntahkan oleh sawung@psik-itb.org

Monday, February 15, 2016

otd jatigede

Tempat tinggal baru tidak layak, fasilitas pun tidak layak
Jalan pengganti belum selesai
Aset negara belum dibongkar

Mau bertemu presiden sulit dan dipingpong sana sini, netizen aja yg gampang ketemu.

Friday, May 22, 2015

Tentang Hukuman Mati

Hukuman mati adalah sesuatu yang spesial.
hukuman yang esekusinya tidak bisa ditarik ulang jika kemudian hari ternyata salah.
segala proses hukum mesti diperiksa dengan baik sebelum esekusi diputuskan.
benarkan semua proses hukumnya dari tingkat pertama sampai akhir.
karena jika dikemudian hari ternyata ada kesalahan nyawa yang hilang tidak bisa dikembalikan....

Wednesday, December 10, 2014

isu penting isu tak penting

akhir-akhir ini yang beredar dimedia mayoritas berita dengan isu tak penting, berita tersebut dipantulkan ke sosmed dengan pantulan yang besar sekali. isu pentingnya malah jadi luput dari perhatian. malah pantulannya seperti segala macam tandingan itu yang muncul dimedia. contoh lain tandingan yang dilakukan fpi malah memantul kemana-mana padahal mestinya isu penting seperti fasilitas publik dijakarta yang semakin menurun layanannya mesti mendapat perhatian lebih besar karena bila tidak dilakukan apapun dalam satu dua tahun kedepan akan terjadi keadaan yang kacau balau,



di muntahkan oleh sawung@psik-itb.org

Monday, December 01, 2014

Pasar Seni ITB 2014

Tahun ini panggung utamanya di dalem dan kecil aja tempat penontonnya jadi tak lihat panggung utama
 gali(lukis)






 figure jkw
 mahasiswa baru ikj

 om tisna



lihat panggung utama
di muntahkan oleh sawung@psik-itb.org

Monday, November 24, 2014

Tanah oleh Teater Celah Celah langit

Tanah
Ode Kampung Kami

tanah adalah awalnya
dalam tanah ada kita
kitalah tanah itu
menyakiti tanah menyakiti diri sendiri

tanah adalah ibu
menjual tanah menjual diri sendiri
menjual tanah menjual ibu










di muntahkan oleh sawung@psik-itb.org