Saturday, November 19, 2005

Tanpa ketulusan, bermaafan hanyalah kebiasaan

Tanpa ketulusan bermaafan hanyalah kebiasaan


Tulisan diatas menjadi satus di Ym saya beberapa hari ini. Tanpa ketulusan memang bermaafan jadi sia-sia. Ini sebenarnya dari iklan sebuah bank. Iklan itu menunjukkan bahwa manusia saat ini sudak terbelenggu oleh materi-teknologi-gaya hidup. Dari iklan itu ditampilkan si anak sibuk sms-an, ibu sibuk yg lain, ayah sibuk nonton bola di tv. Melihat iklan itu makin meneguhkan saya untuk tidak menggunakan sms sebagai sarana bermaafan dilebaran kali ini. Saya pake sms hanya kepada orang yang kemungkinan bertemu langsungnya kecil atau yang ga bisa gue telpon. Nah teman kalo saya belum bermaafan berarti kita belum sempat bertemu, ayo kapan kita ketemu. Omong-omong saya masih ada orang yang belum saya maafkan secara tulus. Saya masih merasa dibohongi dan dikhianati olehnya. Mungkin saya akan memaafkan secara tulus jika dia bisa bercerita jujur dan menceritakan kejadian yang sebenarnya, walaupun saya sebenarnya sudah tahu ceritannya dari sumber lain. Saya hanya ingin dia berkata jujur kepada saya itu saja. Rasanya masih mengganjal dihati.
di muntahkan oleh sawung@psik-itb.org

No comments: