Thursday, November 25, 2004

KEMANUSIAAN PARA ILMUWAN

Albert Einstein terkenal di dunia umum pertama kali bukan karena keilmuannya tetapi oleh kata-katanya science without religion is lame, religion without science is blind. Kata-kata inilah yang pertama kali dikenal orang–orang awam di seluruh penjuru dunia dari Einsten bukan tentang teori relativitasnya. Ini menunjukkan keilmuwan seseorang tidak hanya dinilai dari ilmunya saja tetapi dari kemanusiaannya juga.

Sebenarnya apa yang melatar belakangi Albert Einstein mengucapkan kata kata itu. Einstein mengucapkan kata-kata itu karena kekecewaannya atas korban rakyat sipil dari bom atom. Einsteinlah bersama Fermi yang mengirim surat kepada presiden amerika waktu itu Roosevelt untuk membuat bom atom. Betapa menyesalnya ia ketika menyadari bahwa apa yang diusulkannya ternyata membawa kesengsaraan bagi umat manusia. Ia bertanya-tanya kenapa bom itu dijatuhkan di tengah kota sipil bukan pada instalasi militer padahal Jepang pada aawal PD II menyerang Pearl Harbour bukan pantai waikiki. Kekecewaan bukan hanya milik Einstein tetapi juga milik J.Robert Oppenheimer. Ilmuwan kepala proyek Manhattan (proyek yang menghasilkan bom atom yang pertama) bahkan menunjukkan penyesalan yang dalam sekali. Oppenheimer bahkan sampai dituduh sebagai penghianat karena ia sangat menentang sekali pengembangan bom atom menjadi bom atom dan mendukung pembatasan persenjataan. Ia bahkan membuat organisasi yang bertujuan menentang peperangan.

Sejak jaman yunani para ilmuwan sudah menonjol kemanusiannya. Kita bisa melihat Socrates , Plato, Aristotales dengan humanismenya. Pemikiran-pemikiran mereka tentang kemanusian hingga kini dapat dibaca. Tetapi di abad duapuluh, abad penuh peperangan, kita lihat banyak sekali ilmuwan yang menggadaikan kemanusianya untuk membuat peralatan yang dapat memusnahkan manusia. Generasi saat ini bahkan lebih banyak lagi para ilmuwan yang memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi. Beberapa ilmuwan fisika,biologi dan astronomi bahkan bergabung dengan berbagi LSM lingkungan dan perdamaian.

Kita juga ingat hadiah Nobel. Pencetus hadiah ini Alfred Nobel membuat hadiah ini karena penyesalnnya telah menemukan dinamit yang disalah gunakan untuk membunuh manusia. Memang dinamit berguna untuk manusia yaitu digunakan untuk membangun jalan, jembatan dan pertambangan tetapi dinamit digunakan pula untuk peperangan. Nobel menyesali penemuannya atas dinamit. Dan wujud atas penyesalannya ia menyumbangkan uangnya untuk hadiah nobel bahkan ia membagi hadiah itu di dua negara yang bermusuhan pada zaman itu Norwegia dan Swedia. Hadiah yang paling prestisius di bidang ini yaitu di bidang perdamaian.

Akhir abad 20 juga ditandai dengan penelitianan tentang kode DNA(genom mapping project). Dibalik penyelidikan ini penemu struktur DNA Crick dan Waatson menetang penelitian besar-besaran DNA oleh industri. Mereka melihat penelitian DNA telah menyimpang, melanggar etika. Bagi mereka menganggap seharusnya penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup manusia tetapi penelitian oleh industri malah menjadikan penelitian ini sebagai sumber keuntungan. Industri memetenkan penemuan tentang gen-gen walupun misalnya gen tersebut belum diketahui apa fungsinya. Jadi apabila ada pemanfaatan gen ini maka harus membayar royalti kepada pihak industri. Penelitian gen ini juga dapat digunakan untuk memusnahkan ras tertentu ini yang paling dikhawatirkan oleh Crick dan Watson. Saat ini mereka sibuk mengkampanyekan penelitian gen untuk kepentingan kesejahteraan umat manusia bukan untuk kepentingan industri atau militer.

Ilmuwan lain yang kental kemanusiaanya yaitu ilmuwan pemenang hadiah pulitzer lewat bukunya The Dragons of Eden: Speculations on the Evolution of Human Intelligence yaitu Carl Sagan. Carl Sagan dalam bukunya pale blue dot mengatakan ‘dari sini (pluto) kita melihat bumi hanya sebuah titik biru pucat(pale blue dot) dimana kita saling membunuh, berselisih dan merusak’. Dia juga orang yang sangat gigih menentang perang. Sagan bahkan berasumsi bahwa jika dana yang digunakan untuk alat-alat perang digunakan untuk penjelajahan tata surya sudah lebih dari cukup. Mudah-mudahan Carl Sagan bukan menjadi generasi paling akhir dari ilmuwan yang mempunyai rasa kemanusiaan.

No comments: