di muntahkan oleh sawung@psik-itb.org
sawung
Aku tersadar hanya berdiri sendirian
jendral tanpa pasukan, tentara tanpa senjata
Sunday, October 15, 2017
stay civvy
di muntahkan oleh sawung@psik-itb.org
Sunday, February 05, 2017
Biaya Tinggi
di muntahkan oleh sawung@psik-itb.org
Thursday, October 06, 2016
Kebanyakan perwira
Tuesday, April 12, 2016
Rumah rumah yang terlindas
Orang-orang miskin di jalan, yang tinggal di dalam selokan, yang kalah di dalam pergulatan, yang diledek oleh impian, janganlah mereka ditinggalkan....
-WS Rendra
Paling tidak dia tinggal 56 tahun disana
http://megapolitan.kompas.com/read/xml/2016/04/12/15000021/Rumah-rumah.yang.Terlindas.Zaman.di.Pasar.Ikan
Sena Surya Delima (12) memeluk adiknya erat. Di dekatnya terdapat barang-barang terbungkus kardus atau kain yang diikat seadanya. Suara alat berat yang membongkar bangunan makin dekat. Kecemasan sedari pagi, bahkan sejak berhari-hari sebelumnya, begitu mencekam kawasan Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara, Senin (11/4/2016).
Wajar saja mereka cemas. Rumah tempat mereka berteduh selama ini sebentar lagi rata terlindas zaman.
Orang-orang berlarian. Beberapa di antaranya berteriak menyuruh aparat berseragam dan bersenjata pentungan mundur. Hari beranjak siang, bertambah terik saat suasana makin panas.
Namun, tak lama kemudian, para pihak yang berhadapan sepakat untuk tidak memperparah situasi. Kondisi pun berangsur-angsur tenang.
Tak jauh dari titik ketegangan itu, sebuah bangunan berukuran 15 meter x 12 meter berdiri. Lantai rumah itu dari papan, begitu pula dindingnya.
Sebagian besar barang di rumah tersebut telah dipindahkan ke kapal yang ditambatkan di depannya.
Rumah berlantai dua itu memang tepat berada di pinggir tanggul pelabuhan. Kapal-kapal berukuran 5 gros ton bersandar rapi di sana.
"Sedih aja harus ninggalin ini rumah. Dari kecil sudah di sini," ucap Sena mengelap matanya yang merah sambil tetap memeluk adiknya, Muhammad Dafa Satria (10). Sena dan sedikitnya delapan anggota keluarganya adalah penghuni rumah papan itu.
"Kalau belajar, di ruang tengah situ," katanya menunjuk ruang tengah sekaligus ruang tamu rumah itu.
Siswa kelas IV SD Negeri Penjaringan 01 Pagi itu mengaku paling suka mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Namun, kemarin, bocah yang selalu masuk lima besar di sekolahnya itu tak bisa mengikuti pelajaran favoritnya. Pembongkaran bangunan di Pasar Ikan, termasuk rumahnya, membuat dia tak masuk sekolah hari itu.
Dari sisi selatan rumah Sena terdengar suara bangunan yang roboh "digaruk" alat berat. Pembongkaran telah dimulai sejak pukul 06.30. Ratusan bangunan rata dengan tanah dalam sekejap.
Di jembatan merah, yang menghubungkan kawasan Pasar Ikan dan Luar Batang, orang- orang hilir mudik mengangkut sejumlah barang. Baskom, bak air, rak piring, pintu kamar, hingga kasur, mereka angkut.
"Jangankan sekolah, mikir tempat tinggal yang baru saja kami masih bingung," ucap Dedi Ireng (56), ayah Sena, yang mengaku sejak lahir tinggal di kawasan tepi laut tersebut.
Yang membuat Dedi sangat sedih, rumah itu ia bangun dengan tangan sendiri, tanpa bantuan pihak lain. Dia memotong bambu, mengangkut papan, dan memasang seng sendirian.
Bukan miliknya
Walaupun demikian, dia sadar sepenuhnya dirinya tinggal di lahan yang bukan miliknya. Dia hanya berharap pemerintah memberi dia dan para tetangganya yang senasib solusi yang lebih baik.
Keluarga Dedi memang tak sendirian. Ratusan keluarga lain di empat rukun tetangga di RW 04 Kelurahan Penjaringan ini harus segera pindah. Mereka terkena penertiban yang merupakan bagian dari program revitalisasi kawasan bahari. Rencana ini baru disosialisasikan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Maret lalu.
Sejak sepuluh hari lalu, atau semenjak Surat Peringatan I disebarkan kepada warga, kawasan ini terus bergejolak. Warga tidak terima dengan keputusan pemerintah yang tiba-tiba menyuruh warga pindah.
Apalagi, kata Upi Yunita (37), salah satu wakil warga, pemerintah belum mempunyai konsep penataan yang jelas terkait kawasan itu.
"Kami sadar tinggal di tempat yang bukan hak kami, tetapi tidak begini caranya. Kami ingin kompensasi yang layak," kata Upi. Kompensasi yang ia maksud adalah tersedianya rumah susun yang layak sebagai tempat tinggal baru mereka.
Selain itu, Upi juga berharap pemerintah mau memberikan uang pengganti kepada warga.
Wisata dan tanggul
Camat Penjaringan Abdul Khalit menyampaikan, lahan yang ditempati warga itu adalah lahan milik PD Pasar Jaya. Lahan seluas lebih dari 3 hektar itu ditempati sedikitnya 680 warga. Ratusan orang lainnya adalah pengontrak yang bekerja di wilayah itu.
"Kami harus melaksanakan penertiban untuk merevitalisasi kawasan wisata bahari, sekaligus membuat tanggul penahan rob," kata Khalit.
Sore hari di kawasan Akuarium, Pasar Ikan, sekelompok warga masih berdiskusi tentang rencana bertahan dari penggusuran. Mereka duduk di selasar rumah yang belum dibongkar, sambil saling melempar canda bahwa tempat tinggalnya akan dihargai miliaran rupiah oleh pemerintah.
Di tengah canda itu, Lasmi Widianti (16), warga RT 012, pusing memikirkan masa depannya. Siswi Jurusan Otomotif SMK 56 Pluit ini baru saja mengikuti ujian nasional beberapa hari lalu. Kini, alih-alih mempersiapkan kuliah, ia harus mengikuti prioritas kedua orangtuanya untuk mencari hunian baru karena keluarganya tak mendapat jatah rusunawa.
Rumahnya sendiri telah rata dengan tanah, Senin sore. Dia bersama adik dan orangtuanya belum tahu harus tidur di mana malam itu. Sejumlah warga berencana membuat tenda di bekas rumah masing-masing sebagai bentuk protes.
Matahari beranjak tenggelam, saat sepenggal puisi WS Rendra terngiang di kepala. Orang-orang miskin di jalan, yang tinggal di dalam selokan, yang kalah di dalam pergulatan, yang diledek oleh impian, janganlah mereka ditinggalkan.... (C06)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 April 2016, di halaman 1 dengan judul "Rumah-rumah yang Terlindas Zaman".
Wednesday, March 23, 2016
Sajak Sebatang Lisong v.2.0
Dan di langit;
paul graham dan para tekhnokrat di silicon valley & ycombinator berkata :
bahwa bangsa kita adalah malas,
bahwa bangsa mesti dibangun;
mesti di-up-grade
disesuaikan dengan teknologi mobile apps dan cloud computing, yang diimpor!
Aku bertanya,
membentur jidat para buzzer dan selebtwitter,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya
dan delapan juta supir ojek dan supir taksi tanpa pendidikan
termangu-mangu di kaki dewi kesenian
di muntahkan oleh sawung@psik-itb.org
Monday, February 15, 2016
otd jatigede
Tempat tinggal baru tidak layak, fasilitas pun tidak layak
Jalan pengganti belum selesai
Aset negara belum dibongkar
Mau bertemu presiden sulit dan dipingpong sana sini, netizen aja yg gampang ketemu.
Friday, May 22, 2015
Tentang Hukuman Mati
hukuman yang esekusinya tidak bisa ditarik ulang jika kemudian hari ternyata salah.
segala proses hukum mesti diperiksa dengan baik sebelum esekusi diputuskan.
benarkan semua proses hukumnya dari tingkat pertama sampai akhir.
karena jika dikemudian hari ternyata ada kesalahan nyawa yang hilang tidak bisa dikembalikan....
Wednesday, December 10, 2014
isu penting isu tak penting
di muntahkan oleh sawung@psik-itb.org
Monday, December 01, 2014
Pasar Seni ITB 2014
lihat panggung utama
di muntahkan oleh sawung@psik-itb.org