Wednesday, August 08, 2007

Bicara kemiskinan dengan Jas Hitam



Baca kompas hari rabu 8 agustus 2007 halaman 4 anda akan menemukan foto dan artikel yang menohok. Fotonya itu punya sejuta makna kalo menurut orang cina. Sumber aslinya ada disini.

Artikel selengkapnya:

Bicara Kemiskinan dengan Jas Hitam

Banyak yang perlu dipandang di Istana Negara, Jakarta, Selasa (7/8), saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama seluruh anggota Kabinet Indonesia Bersatu mendengarkan kuliah umum yang disampaikan peraih Nobel Perdamaian 2006, Muhammad Yunus, asal Banglades.

Kemarau bulan Agustus membuat gerah Jakarta, saat Yunus yang bersahaja masuk Istana Negara. Penampilan sederhana Yunus, dengan kemeja lengan panjang kotak-kotak tanpa kerah dan rompi longgar warna krem, membuat dia terlihat berbeda dengan yang hadir di tempat tersebut.

Hampir seluruh hadirin mengenakan pakaian sipil lengkap alias PSL, seperti aturan dari bagian Protokol Istana. PSL yang dimaksud adalah kemeja lengan panjang dengan dasi terikat, dibalut setelan jas warna gelap yang umumnya hitam. Rapi jali, dan tampak berwibawa.

Bagi kebanyakan orang, yang terbayang adalah ketidaknyamanan berjas di tengah kemarau yang sedang "membakar" Jakarta. Namun, karena sedan hitam yang mengantar para pejabat dilengkapi dengan pendingin udara, ketidaknyamanan itu tentu sirna. Begitu juga saat berada di Istana Negara. Suhu ruangan Istana Negara tidak membuat para pejabat kegerahan.

Di antara yang hadir tampak pula Wakil Presiden Jusuf Kalla yang mengenakan kemeja lengan panjang warna terang. Seperti biasa, kemeja itu tidak dimasukkan. Di antara para pejabat, penampilan Yunus dan Wapres terlihat agak berbeda. Soal sedikit keluar dari aturan protokol, Wapres pernah mengatakan, hal itu dilakukan untuk penghematan sesuai dengan kebijakan pemerintah yang telah ditetapkan bersamaan naiknya harga minyak mentah dunia. Lagi pula, kebiasaan pejabat di negara tropis memakai setelan jas hitam terasa agak tidak sesuai.

Alasan yang kerap dikemukakan mengenai kebiasaan atau kesenangan pejabat mengenakan setelan jas hitam adalah menghormati tamu. Tetapi, sedikit bisa dipertanyakan, apakah hormat kita tidak penuh hanya karena soal pakaian yang sejatinya merepotkan.

Padahal, jika mau ditarik dari kebijakan tepat yang telah diambil pemerintah, kebiasaan pejabat memakai setelan jas hitam sudah saatnya diganti. Saat menyampaikan kebijakan penghematan energi, Presiden mengenakan batik katun lengan pendek. Dengan tampilan itu, Presiden ingin memberi teladan agar ditiru dan terus dilaksanakan.

Soal pemakaian setelan jas gelap di Istana Negara yang mungkin bisa diganti dengan jenis pakaian lain yang lebih sederhana dan bersahaja rasanya bisa dibahas.

Mungkin nilainya kecil jika dihitung berapa anggaran negara yang bisa diselamatkan dengan mulai meninggalkan setelan jas warna hitam.

Namun, jika itu dilakukan serentak dan konsisten, mungkin punya arti besar bagi penghematan dan menampilkan wajah Indonesia yang sederhana.

Tidur dengan AC mobil

Sementara pembicaraan di dalam Istana Negara dilakukan, para sopir pejabat di dalam sedan hitam tidur terlelap di halaman. Mesin sedan dan pendinginnya dinyalakan.

Selain untuk kenyamanan, kebiasaan para sopir itu juga dilakukan agar pada saat pejabat yang terhormat dengan setelan jas hitam dan ajudannya masuk tidak akan kegerahan.

Kita kerap terlalu muluk-muluk ingin melompat setinggi-tingginya ke langit tanpa sadar kaki tidak memijak di tanah. Lompatan tidak pernah ada tanpa pijakan kokoh di bawahnya. Apakah kita masih ingin terus bermimpi? (wisnu nugroho)


di muntahkan oleh sawung@psik-itb.org

1 comment:

Anonymous said...

ya gapapa atuh wung... emang kenapa? keren khan pake jas hitam?