Friday, December 05, 2003

Bubarkan Indonesia

Suatu hari seperti hari-hari biasanya filusuf plato dikelilingi oleh murid–muridnya. Salah seorang muridnya mengeluh mengapa negara mereka tak habis-habisnya didera masalah. Dengan tenang Plato menjawab “Kesulitan dan kendala itu tidak akan pernah putus. Ia memang akan terus menurus membelit negara kita. Kesulitan tersebut juga menimpa kemanusiaan kita sendiri. Kesulitan tersebut akan hilang sampai para filusuf menjadi raja di dunia ini, atau mereka yang sekarang kita sebut sebagai raja dan penguasa itu sungguh-sungguh menjadi filusuf.”.
Ilustrasi di atas menggambarkan bahwa masalah terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara telah terjadi sejak dahulu. Jadi wajar pula jika negara kita terus dilanda masalah. Masalah memang akan menimpa suata negara. Sebuah bangsa atau negara menjadi besar karena masalah atau konflik. Mengapa konflik atau masalah membuat sebuah bangsa atau negara menjadi besar? Karena melalui konflik sebuah bangsa atau negara menjadi lebih paham menangani persoalan bangsanya dengan kata lain menjadi lebih dewasa apabila disikapi dengan cara yang bijak. Apakah masalah yang telah menimpa bangsa Indonesia membuatnya menjadi lebih dewasa atau hanya membuat bangsa ini menjadi hancur?
Masalah yang dihadapi bangsa dan negara Indonesia saat ini sangat banyak. Moralitas bangsa ini jatuh di titik paling bawah. Budaya yang telah lama dipegang telah ambruk sehingga orang asing sempat menyebut bangsa ini uncivilization. Sebuah penghinaan bagi bangsa ini. Krisis pemikiran melanda bangsa ini karena para penguasa cenderung memaksakan pemikirannya, pemikaran yang berbeda diberangus. Kekacauan terjadi dimana-mana.
Moralitas merupakan hasil bentukan dari lingkungan budayanya. Budaya feodalistik yang harusnya dihilangkan masih dipegang. Alasan bahwa kita ini orang timur selalu dijadikan pembenaran atas budaya feodalistik. Pemberian upeti atau hadiah dianggap wajar. Pemimpin atau orang yang lebih tua selalu diikuti meskipun orang tersebut salah. Segala perkataan dan perbuatannya selalu dianggap benar, jarang sekali ada yang berani berkata dengan tegas bahwa pemimpinnya salah. Padahal kebenaran tidak memandang batas usia. Untuk bersiakap kritis sangat sulit, apabila ada orang yang berpemikiran kritis langsung diberangus.
Masyarakat kita mengalami krisis reifikasi. Masyarakat telah dilumpuhkan daya pikirnya. Tidak ada komunikasi dua arah. Dalam Suasana kacau balau para cendikiawan malah membela kelompok masing-masing. Tidak ada lagi nilai luhur kemandirian intelektual. Kecendikiawanan malah dilacurkan untuk kepentingan jangka pendek kekuasaan dan uang. Para pakar politik, ekonomi, hukum dan lain-lain yang berbusa-busa mengritik pemerintah tiba-tiba terdiam setelah menjadi anggota DPR atau lembaga tertentu bentukan atau yang didanai pemerintah.
Bidang pendidikan yang merupakan masa depan bangsa ini juga tidak kalah rusaknya. Pendidikan tidak menghasilkan generasi kritis dan intelektual. Pendidikan menghasilkan manusia-manusia yang berpikiran pragmatis dan sempit. Pendidikan tidak membebaskan pemikiran justru memasung pemikiran. Dari mulai tingkat pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi semuanya mengalami hal yang sama. Guru yang seharusnya menjadi teladan dimasyarakat malah terpinggirkan. Pendidikan kita hanya mengajarkan hapalan-hapalan bukan pemikiran kreatif dan kritis. Oleh karena itu kita melihat saat ini sedikit sekali generasi muda kita yang mampu menjadi tumpuan masa depan yang lebih baik.
Karena persoalan yang terjadi pada pemikiran kita, akal sehat kita, moralitas kita, budaya kita dan pendidikan kita maka harus dicari satu solusi yang paling substansial, yang paling mengena untuk seluruhnya. Yang paling mengena adalah revolusi kebudayaan. Revolusi ini bukan revolusi ala revolusi kebudayaan cina. Revolusi kebudayaan ini bukan paksaan terhadap orang lain, apalagi masyarakat (kalau itu yang terjadi maka yang timbul adalah sistem oteriter yang lain). Revolusi ini adalah sebuah proses radikal untuk menyadarkan dan mengemansipasi diri sendiri. Masing-masing diri kita merevolusi diri sendiri. Merubah hal-hal yang buruk pada diri kita sendiri menuju manusia berpemikiran bebas dan mandiri yang bertanggungjawab dan berbudaya.. Manusia beradab yang memiliki integritas moral.
Revolusi yang digerakkan, dimulai dan ditujukan untuk diri sendiri merupakan salah satu pemecahan terhadap krisis yang melanda bangsa ini. Revolusi ini seperti halnya revolusi Meiji yang merombak diri sendiri, baru berdampak pada kelompok dan negaranya. Tokugawa merevolusi dirinya sendiri dari tukang perang menjadi seorang organisator, pelayan rakyat dan pecinta damai. Seperti Malaysia yang dapat merubah bangsanya.
Bagaimana seharusnya revolusi budaya ini dijalankan? Perubahan ini harus melibatkan seluruh rakyat. Kita harus dapat membangun kesadaran kritis kepada seluruh komponen bangsa ini. Kesadaran kritis untuk merubah bangsa ini. Cara yang terbaik yaitu melalui pendidikan. Hanya hayalan saja kalau kita ingin bangsa ini maju tapi pendidikan kita tidak benar. Kita bangun pendidikan yang mampu mencerdaskan seluruh bangsa ini.
Merubah kelas sendiri jauh lebih sulit, apalagi jika kelas tersebut sudah mapan. Meiji berhasil karena waktu itu mereka berhasil merubah kelas mereka terlebih dahulu.Orang-orang muda yang berpikiran maju harus langsung diberi kesempatan. Ito,Saigo, Okubo para pemimpin muda aliansi Satsuma-Chosu adalah para jendral perang meiji yang masih sangat muda, usia mereka saat itu masih dua-puluhan. Para jenderal perang muda itu mampu merombak bangsanya sendiri. Orang muda ini walaupun masih muda tetapi berpikiran maju, mereka tidak hanya memikirkan dirinya sendiri mereka memikirkan masa depan bangsanya. Mereka tidak hanyut oleh kekuasaan, bagi mereka kekuasaan adalah sebuah jalan untuk memajukan bangsanya. Pada awal restorasi pun banyak terjadi perlawanan terhadap restorasi, tetapi dengan idealisme dan konsistensi mereka dapat melewati masa itu dan meyakinkan mereka yang menentang dengan hasil yang diperoleh.
Moralitas yang dibangun adalah moralitas universal. Salah satunya adalah bila mencuri itu dilarang oleh semua bangsa tidak hanya tidak sesuai pancasila. Moralitas yang bukan hanya milik satu ideologi, agama, bangsa dan negara saja tetapi milik semua manusia.

No comments: