Monday, December 17, 2007

PLTSa



Dada Rosada tetep saja ngotot membangun PLTSa di kota bandung. Waktu kemarin kunjungan ke singapore buat liat incenerator disana diajak juga warga yang pro-pltsa. Tetapi sesudah pulang ke Bandung warga tersebut malah menolak pembangunan PLTSa di Gedebage. "Blowback" kalo menurut istilah inggrisnya. Komentar penduduk tersebut dimuat di pikiran rakyat, sindo dan kompas. Kalo menurut seseorang temen yang bekerja di pemkot Bandung kengototan Dada karena die sudah keluar uang banyak dan ada janji pembiayaan kampanyenya die dari seseorang yang terlibat proyek pltsa ini.

Ada pertanyaan-pertanyaan seputar Pltsa yang ga bisa dijawab sama pemkot.
Alat buat nangkep fly ash itu mahal punya duit ga buat ngoperasiinnya?
Kalo tiba-tiba alat itu tiba ga bekerja (ini sering terjadi) gimana nasib penduduk yang tinggal disebalahnya? (ini sebabnya disingapore dan jepang lokasinya terpencil)
Pltsa itu mahal punya duit ga pemkot? singapore yang kaya aja lebih memilih buang limbahnya ke indonesia dibanding dia bakar.
Nyontoh kok ke cina, olimpiade aja terancam gara-gara polusi disana, studi bandingnya beneran ga seh? apa jalan-jalan doang?
Sisa abu pembakaran di taruh dimana? incenerator hanya merubah bentuk sampah saja tidak menghilangkannya.
Sumber air buat Pltsa dari mana ya? setau gw disana tuh kalo musim kemarau berebut air.
Kota Bandung itu cekungan udaranya ga kemana-mana gimana polusi sama panas yang dihasilkanya keluar dari kota bandung? tanya pak army klo ga percaya.
Menurut tim pembuat asep Pltsa ga berbahaya. Apa sudah di uji skala penuh? ngambil datanya dari mana boi? filter ga ada yang sampe 100% dalam skala industri, kalo bisa sampe 100% situ bisa dapet nobel.

di muntahkan oleh sawung@psik-itb.org

5 comments:

Anonymous said...

Jangan main paksa-paksaan deh. Seharusnya pembangunan PLTSa ini dikaji ulang, supaya tidak merugikan semua pihak. Bukan hanya dampak lingkungan saja yg perlu diperhatikan, tetapi juga BIAYA yg harus dikeluarkan juga besar. Jika PLTSa ini Gagal, bukan hanya merugikan warga GCA saja, tapi semua warga Bandung pun ikut menanggungnya. Mudah-mudahan saja dengan ditundanya PLTSa, ada solusi lain untuk penanggulangan sampah ini. Kalaupun jadi, sudah tentunya harus sudah melalui prosedur dan pengkajian yang baik. Terutama menyakinkan warga Bandung, bahwa PLTSa ini aman dengan bukti-bukti nyata hasil penelitian. Lebih baik PLTSa ini ditunda, daripada hasilnya menjadi bencana.

oknum berinisial depan "a" dan berinisial belakang "ul" said...

hahaha,liat tuh spanduk di jalanan wung

Anonymous said...

@anonymous
masih di tunda tuh. Masak belum ad ablue printnya :)). MAketpun belum ada. Mau bikin pabrik dalam pikiran keknya.

@Aul
iye spanduk itu aneh pisan. Warna-warni tapi tipe font sama ukuran sama semua.:)) dah gitu dipasng mencolok tanpa dicopot sama dinas pertamanan. :))

Harry Makertia said...

PLTSa?
No! Sudah bukan lagi sebuah konsep yang mengada-ada, bahwa PLTSa pasti akan memperburuk ekosistem Bandung Raya. Itu sudah pasti, enggak usah diperdebatkan lagi. Yang masih bertanya, goblok.
Masalah sampah bisa diusahakan dengan cara lain. Pemberdayaan masyarakat dalam pembuatan kompos masih dilakukan secara sporadis dan sendiri-sendiri oleh berbagai kalangan. Mengapa ini tidak digarap?

Anonymous said...

Hmmm.... ada LSM yang mau bikin talk show atau seminar atau simposium, atau lokakarya atau apalah, tapi intinya ngailin sesuatu, gak cuman omong2 aja... sekalian ma dasar yang kuat, en kalo emang PLTSa berbahaya, kayaknya ka buat aja spanduknya kayak spanduk moral HADE di deket stasiun..


Einstein en edison orang yang dibilang goblok di sekolah mereka...bagusnya kita diskusi terbuka, katanya ada Dosen ITB yang mau tuh... bikin yuk

Untuk Tuhan, Bangsa dan Almamater