Teater payung hitam - Demi Orang-orang rankagsbitung

Saya Telah menyaksikan

bagaimana keadilan telah dikalahkan
oleh para penguasa
dengan gaya yang anggun
dan sikap yang gagah.
tanpa ada ungkapan kekejaman
di wajah mereka.
Dengan bahasa yang rapi
mereka keluarkan keputusan-keputusan
yang tidak adil terhadap rakyat.
Serta dengan budi bahasa yang halus
mereka saling membagi keuntungan
yang mereka dapat dari rakyat
yang kehilangan anak dan ternaknya.
Ya, semuannya dilakukan
sebagai suatu kewajaran.

Karya : WS Rendra
Sutradara : Rachman Sabur

6,7 april teater populer jakarta
9,10 april Gk dewi sri STSI Bandung

Pentas payung hitam ini dalam rangka peringatan 120 tahun kematian Eduard Douwes Dekker. Pemetasan terselenggara berkat kerjasama dengan kedutaan besar Belanda. Terlihat hasil kerjasmanya dalam propeti pementasan yang lengakap dan cukup wah. Stting ruang tunggu di lantai satu gedung kesenian dewi sri bagus. Ada proyektor yang menampilkan film dan slide. Kemudian ada banner-banner tokoh-tokohnya.

Pentas ini berdasar atas empat sajak rendra Tokek dan adipati rangkas bitung, Nyayian saijah untuk adinda, Nyayian adinda untuk saijah dan demi orang-orang rangkasbitung. Orang-orang rangkasbitung ditulis antara 1990-1992 terdiri dari 10 sajak. Sajak itu adalah makna baru atas karya multatuli(E. D. Dekker) "max havelaar". Rendara memaknai tulisan multatuli yang menulis tentang akibat tanam paksa di rangkasbitung. Multatuli sendiri akhirnya dipecat oleh gubernur rembang dari jabatannya sebagai asisten residen lebak. REndra memaknai dengan dengan kondisi kini. Ya penindasan oleh penguasa dan sesama manusia memang belum berubah hingga kini.

di muntahkan oleh sawung@psik-itb.org