Tuesday, February 07, 2006

9 Naga

apa-apa yang terbaik tidak selalu bisa dibeli dengan uang - marwan
aku selalu memaafkan abang sebelum abang minta maaf - istri marwan

Bioskop sudah lama tidak dikunjungi akhirnya dikunjungi kembali. Menonton film Rudi Sujarwo yang berjudul 9 naga. Ini film rudi ke 5 yang gue tonton sesudah bintang jatuh, tragedy, ada apa dengan cinta dan mengejar matahari. Kali ini nonton di BIP bareng dua orang nona yang suka menggangu saya yaitu nona Novi dan nona Dita. Ada kejadian konyol ketika datang menonton. Di koran yang kami baca (saya dan novi) pertunjukan dimulai pukul 13.45. Tenyata ketika kami sampai disana pertunjukan dimulai pukul 13.00 dan 15.15. Terpaksa kami berjalan-jalan dulu menunggu pukul 15. Ini foto dua nona itu ketika kami sedang makan menunggu pertunjukan.

Film sembilan naga ini bercerita tentang sekelompok pembunuh bayaran. Pembunuh bayaran ini tinggal disebuah kampung. Pembunuh ini terdiri dari tiga orang yang bersahabat sejak kecil. Pemimpin pembunuh bayaran (Marwan) ini dimainkan oleh Lukman Sardi dengan baik. Mereka mulai membunuh ketika secara tidak sengaja mereka membunuh seorang preman kampung dan diberi uang sebagai imbalan oleh penduduk kampung. Masalah terjadi ketika dalam sebuah misi pembunuhan yang gagal, marwan secara tidak sengaja membunuh temannya sendiri. Marwan akhirnya banyak merenung. Dia banyak berbicara dengan istri dan anaknya yang sebelumnya tidak banyak dia ajak bicara. Konflik menjadi runyam ketika Marwan membunuh dan mengambil uang dari Bosnya untuk membeli rumah impiannya. Marwan akhirnya dikejar-kejar dan dibunuh. Tang aneh kenapa posternya fauzi badillah ya?

Film ini berjalan dengan lambat. Rudi memfokuskan film pada emosi pemainnya sehingga beberapa detail tempat ada yang terasa tidak pas. Film ini dengan sukses memguras emosi penonton. Nona-nona disebelah saya menangis tersedu-sedu ketika istri marwan membacakan surat dari marwan. Kata-katanya sederhana tapi dalem banget, surat seorang suami untuk istri yang dicintainya. Adegan ditempat tidur antara Marwan dan istrinya bagus sekali, kayak filmnya Teguh Karya banget, realistis. Mereka berdua hanya membicarakan persoalan rumah tangga biasa tapi romantis banget. Nona disebelah gue sampai bilang 'gue jadi pengen nikah nih'.

di muntahkan oleh sawung@psik-itb.org

1 comment:

Fendrri said...

Kenapa engga wung? nikah maksudnya... hehehe