Thursday, September 01, 2005

Tentang Dia Yang Kucintai

Hatiku selalu diliputi oleh keragu-raguan. Ragu-ragu antara dorongan ingin memadu hidup bersamanya dengan perasaan kuatir akan kemampuan diri bisa memberikan kebahagiaan kepadanya. Apalagi bila aku melihat pemuda-pemuda yang pernah mendekatinya dan gagal. Merka adalah orang yang lahiriah-batiniah, luar dan dalam, jauh melebihi aku. Lihatlah tampannya, cara-cara bergaulnya, ketaatan beragamanya, akhlaknya, apalagi kekayaannya. .......... Karena itu betapapun besar rasa cintaku padanya, aku harus selalu menahan diri dan sekeras-kerasnya berusaha agar cintaku tidak tampak padanya dalam pergaulanku dengan dia. Biarlah dia tidak tahu bahwa aku betul-betul mencintainya. Alangkah beratnya berlaku seperti ini. Berat, karena itulah mungkin dorongan ingin memilikinya ini kadang-kadang tercermin pula dalam pergaulanku dan sikapku yang khusus terhadapnya. Bagaimana kalau dia betul-betul tahu aku mencintainya sedang aku sendiri diliputi keragu-raguan dalam melangkah. Ah biarlah dia yang kucintai itu berbahagia disamping orang lain. Biarlah aku diam saja. Dia punya kans besar untuk mendapatkan orang yang melebihiku dalam segala bidang. Tapi setiap kali pikiran seperti itu timbul, setiap itu pula dalam dadaku terasa sebuah sembilu mengiris keras dari atas. Pedih terasa di dada.
Bukankan ini suatu pengingkaran terhadap hati nurani sendiri dari panggilan hidup?
4 Movember 1968

Antara Ilmu dan Teman Putri

Ilmuku terasa bertambah cepat akhir-akhir ini sejak membebaskan diri dari "hubungan-hubungan" nuisence dengan beberapa teman putri. Apakah kelembutan wajah itu mengganggu aktivitas mengejar ilmu?
20 maret 1969

Disalin dari Buku harian Ahmad Wahib. Mmmmmm

No comments: